Rasa Candu Game
Pernah nggak sih mikir kalau mobile game berdampak banget ke kehidupan pelajar saat ini?
Kalau beberapa dekade ke belakang, main game itu biasanya di warnet atau rental PS, tapi sekarang game dengan grafik dan keseruan tinggi bisa diakses dimana mana melalui smartphone.
berdasarkan buku power of habit karya charles duhigg, habit atau kebiasaan itu dibagi menjadi cue, routine, reward. Dalam bermain game cue/tanda biasanya adalah kebosanan. rutinitas adalah bermain game dan rewardnya merasa puas bermain game
nah… tanda ini bisa jadi tanda visual, contohnya fast food chain yang ingin memberi tanda visual yang sama ke mata kita saat lapar, dan ini menyebabkan kenapa restoran junk food/ minimarket punya design gedung dengan bentuk dan warna yang sama. Hal ini memicu rutinitas berupa memakan di restoran cepat saji tersebut dan menghasilkan reward berupa rasa kenyang dari makanan yang lezat.
Masalah lainnya tentang cue/tanda, routine/rutinitas dan reward/hadiah dalam pembentukan kebiasaan adalah, rutinitas dapat diubah apabila tanda dan hadiah tetap sama. Contohnya, tandanya berupa rasa lapar, rutinitasnya berupa makan burger yang tinggi lemak dan hadiahnya berupa rasa enak dari makanan tersebut. Tanda rasa lapar dan rasa enak bisa sama, tetapi rutinitas makanannya bisa beda. Bisa jadi rutinitas ini diganti dengan makan pizza, ayam tepung dan sebagainya. Sehingga, terbentuk pula kebiasaan makan pizza ataupun ayam tepung. Kenapa? karena makan pizza dan ayam tepung tersebut memberi sensasi rasa enak yang sama dengan memakan burger. Inilah yang bisa menyebabkan mengapa seseorang menyukai makanan fast food.
Waduh menyimpang jauh dari pembahasan kebiasaan main game, oke gini. balik lagi ke game, tanda ini bisa berbentuk gedung warnet/ komputer ataupun console macam ps ataupun mood, seperti sedang bosan. kalau kalian lagi bosen, ada waktu luang dan playstation didepan mata, yakin nggak akan main game? apalagi ketika habit/kebiasaan sudah terbentuk.
nahh apalagi kondisi sekarang dimana hampir semua orang punya smartphone, dengan tanda/cue berupa bosan, ada waktu luang, dan smartphone di saku, tentunya akan terbentuk rutinitas bermain game dan reward kepuasan bermain game yang akan membentuk kebiasaan bermain game.
Kalau bisa main game in moderation (nggak keseringan) nggak masalah. tapi masalahnya sekarang game memiliki fitur bermain dengan teman, seperti moba ataupun battle royale, yang membuat game semakin menagih.
Saya tidak melarang orang bermain game, tapi ketika game dijadikan pilihan utama untuk berkomunikasi in-game dengan teman, menganggu perkuliahan, mengganggu belajar ataupun gaya hidup seseorang, sehingga seseorang lupa akan tanggung jawabnya sebagai pelajar, orang tua ataupun anak. Apakah yakin anda ingin tetap memaikan game?